Dia akui indah alam ciptaan Ilahi, sambil lidah dibasahi dengan tasbih memuji kebesaran-Nya. Namun tak mungkin ternafi kesedihan yang membelenggu diri. Sedih bukan bermula dari amarah, tapi berasal dari rindu di hati.Tanpa dirancang, dia kembali ke bumi di bawah bayu itu. Tak terhalang memori silam terpandar pada skrin fantasi. Lalu dirinya diserang pelbagai soalan yang mengganggu emosi. Kembali mencari erti ‘ukhuwah’.
Dia ragu pada kata ‘ukhuwah’..kekecewaan menyelubungi hati. Ternyata segalanya hanya fiktif belaka. Dipujuknya diri dengan percaya pada kata hati yang terdalam. ‘Ukhuwah itu akan kembali, kerna ia terhasil dari tautan hati mengejar redha Ilahi.’
Keluar dari menungan kosong. ‘Andai tiada kesempatan untuk bertemu di alam realiti, izinkan aku memeluknya di alam mimpi, dan berterima kasih atas segalanya,’~