Pages

22 January 2010

Naratif 4: Bicara Hati


Hari-hari yang mendatang membawa sinar baru bersama hirisan cahaya. Kita menyapa dengan ketenangan yang tersirat padanya rasa gelisah dengan bebanan fikiran duniawi. Di celahan kekalutan itu kita bayangi dengan drama-drama kedamaian. Namun hakikatnya  jauh tersembunyi di sudut hati. Sesekali kita hiasi dengan seri alam, merenung langit terbentang luas, melayani deruan ombak bersama desiran angin. Tanpa disedari, kita kembali kepada Rabb. Lantas masa berpergian tanpa menunggu biarpun sedetik. Kita pula terus bersama khayalan-khayalan duniawi, terus hanyut bersama angan-angan, terus melayani mimpi yang ditimbunkan dari koleksi fantasi. Sedang segores cahaya mengharap agar dibuka pintu itu buatnya agar dapat ia menyinari ruang jiwa itu. Namun andai kita terus leka, terus mengunci jiwa kita, bersandar menikmati keselesaan, dengan perlahan, cahaya itu akan pudar, dan akhirnya kita menemui hakikat...kecundang di hari akhir….
Alangkah indahnya andai hati itu dibuka…dibiarkan sinar itu memenuhi ruang jiwa. Membawa cahaya dalam kehidupan. Inginkah engkau hidupmu terus dalam kegelapan? Terus sesat tanpa hala tuju yang pasti? Dia meneruskan kembaraan. Terasa letih dengan dunia. Tidak wajar sekali.,lantas  ditepis rasa itu. Namun perasaan itu seringkali singgah di hati. Terdetik rasa ingin berehat seketika.. Aaahh…jangan.. ‘tiada masa rehat untuk seorang pejuang’..selamanya,kata2 itu akan terus tersemat di hatinya. Bicaranya sesekali menjadi quwwah buat teman2…seringkali mereka mengharapkan kata2 yang mampu memberi kekuatan dalam mereka meneruskan perjuangan..dia senang berbicara agar teman2nya kembali tenang….tapi mengapa tidak kata2nya pada mereka dijadikan inspirasi buat dirinya sendiri…?? Terasa diri terlalu bodoh..bijaknya akal membuah kata…tapi hati tak simpan bicara…

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas pandangan dan kritikan anda. :-)