Pages

25 September 2010

Naratif 9: Ketenangan Yang Hilang


Mulai menyedari akan perubahan pada diri. Terasa kekurangan,seperti ada yg telah sirna dari jiwa itu. Terbit rs kesal di hati kerana membiarkan permata itu menghilang. Sungguh,dia perlukan ruang untuk menelaah diri,menyelami hatinya lantas mencari permata ketenangan yang telah hilang sinarnya itu. Akankah mereka memahami? Bisik persoalan melemahkan hati. Lantas mengubah persepsi,husnuz zhon..
Dia tidak sesekali ingin beralasan,apa lagi ingin berhenti di tengah jalan. Namun pasti keputusannya akan disangkal dgn hujah2 dr mereka yg lebih dahulu mengenal erti hidup. Aaaahh..sekali lagi rindu itu menyapa sang hati. Rindu yang terbit dari rasa cinta kpd Pencipta,yang seringkali mencantas ego,lalu dibiar manik2 jernih membasahi pipi…sekali lagi.. Insan itu..darinya dia mengenal Pencipta,darinya dia mengenal erti hidup,darinya dia merasa indahnya ukhuwah kerana Allah,ukhuwah yang membawa hati mencari identiti,keluar dari alam fantasi,kembali ke dunia realiti.
Dibacanya bait kata2 Syeikh Muhammad al-Ghazali;
  “Dalam suasana pengangguran, akan terlahir ribuan keburukan,akan menetas berbagai bakteria yang membinasakan.Jika kerja merupakan denyutan kehidupan, maka para penganggur adalah orang-orang yang mati. Jika dunia ini merupakan kesan dari tanaman kehidupan yang lebih besar, maka para penganggur adalah sekumpulan manusia yang paling sesuai dikumpulkan dalam keadaan muflis, tidak ada hasil bagi mereka selain kehancuran dan kerugian.”
Bukan dia ingin menganggur,bukan dia ingin bermalasan,tapi dia cuma inginkan ruang untuk dia mencari kembali permata ketenangan yang hilang itu,agar dirinya lebih kuat,lebih bersemangat dalam beristiqamah.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas pandangan dan kritikan anda. :-)